BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Motor
Penggerak/listrik pada bidang industri memegang peranan penting serta banyak
digunakan. Hal ini dikarenakan motor listrik merupakan salah satu sistem
peralatan yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanis. Selanjutnya
energi mekanis ini banyak digunakan untuk berbagai keperluan pelayanan beban
ekonomis. Pada umumnya, motor listrik yang banyak digunakan di pabrik-pabrik
adalah motor induksi tiga fasa. Pertimbangan penggunaan motor induksi
dikarenakan motor tersebut mempunyai konstruksi yang sangat sederhana dan tidak
mudah rusak, sehingga mudah dalam perawatan serta putaran-putaran motor
relative konstan dengan perubahan beban. Di samping itu juga keandalannya tinggi
dan memiliki faktor daya yang sangat baik.
Pada Alat mesin Uji Tarik sarana
yang digunakan sebagai alat pengujian salah satunya yaitu Motor Penggerak. Motor
Penggerak/Listrik pada mesin Uji Tarik adalah unit/sarana yang sangat penting,
karena apabila motor penggerak di Mesin Uji Tarik ini rusak maka proses pengujian akan terhambat sehingga waktu yang kita
gunakan menjadi tidak efisien. Maka, sebelum memasang motor Penggerak/Listrik
tersebut kita harus menghitung dan menganalisa kapasitas daya yang akan
diperlukan motor tersebut untuk menggerakkan Benda Kerja yang ada pada mesin
Uji Tarik. Oleh karena itulah, dalam kesempatan laporan akhir ini penulis
memilih judul “Analisa Motor Penggerak Pada Mesin Uji Tarik Kapasitas 20 Ton”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang dikemukakan diatas dapat dirumuskan permasalahn sebagai
berikut :
1.
Bagaimana
daya listrik yang dibutuhkan oleh motor induksi tiga phasa tersebut?
1.3. Batasan Masalah
Penulis
membatasi permasalahan yang akan dibahas pada laporan akhir ini dengan menitik
beratkan penentuan besar kapasitas daya listrik yang dihasilkan oleh motor
penggerak, besar daya mekanik yang dihasilkan oleh Motor Penggerak bila
dikonversikan ke daya listrik dan efisiensi ekonomis dari output yang dihasilkan
oleh motor penggerak pada mesin Uji Tarik.
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penyusunan
laporan akhir ini ialah :
1.
Mengetahui
diameter poros motor penggerak
2.
Mengetahui
besar daya Motor yang dibutuhkan pada Mesin Uji Tarik Kapasitas 20 Ton.
3.
Menghitung
Torsi maksimal Motor Penggerak pada
Mesin Uji Tarik Kapasitas 20 Ton.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penyusunan laporan
akhir ini ialah :
1.
Dapat
menambah pengetahuan pemahaman tentang perhitungan daya motor induksi tiga
phasa pada mesin Uji Tarik. Serta aspek-aspek yang digunakan pada motor itu
sendiri.
2.
Dapat
mengetahui jenis motor penggerak pada mesin Uji Tarik.
1.6. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan hasil dan bukti yang jelas dalam
penyusunan laporan akhir ini, maka metode yang dilakukan adalah :
1.
Metode Studi Literatur
Penulis
mencari dan mengumpulkan data-data dari berbagai referensi buku- buku yang berhubungan
dengan penulisan pada laporan akhir ini.
2.
Metode Wawancara
Penulis
mengadakan Tanya jawab dan berdiskusi dengan.
3.
Metode Observasi
Metode
dengan cara mengumpulkan data-data dengan jalan melakukan pengamatan langsung terhadap
aktivitas yang ditemui pada waktu mengadakan
penelitian.
1.7. Sistematika Penulisan
Penulisan
ini dibagi menjadi lima bab dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Sebagai
pendahuluan dijelaskan mengenai latar belakang penulisan laporan, tujuan,
manfaat, pokok permasalahan, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab
ini berisikan tentang tinjauan pustaka yang merupakan teori pendukung dari bab
yang akan dibahas.
BAB III KEADAAN UMUM
Pada
bab ini dibahas tentang hasil pengamatan di lapangan, jenis data yang dipakai dan
teknik analisa data yang dipakai.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada
bab ini membahas tentang perhitungan besar daya motor penggerak Mesin Uji Tarik, besar daya mekanik
dan efisiensi ekonomis dan membandingkannya dengan data yang ada dilapangan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada
bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan Tugas.
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1 Definisi Poros
Secara istilah poros adalah
elemen mesin yang berbentuk batang dan umummya berpenampang lingkaran,
berfungsi untuk memindahkan putaran atau mendukung sesuatu beban dengan atau tanpa
meneruskan daya.
Gambar 1. Poros
Beban yang didukung oleh poros pada umumnya
adalah roda gigi, roda daya (fly wheel),
roda ban (pulley), roda gesek, dan lain-lain.
Poros hamper terdapat pada setiap konstruksi mesin dengan fungsi yang berbeda-beda.
Dilihat dari fungsinya poros dibedakan menjadi:
1. poros dukung : misalnya gandar, poros motor.
2. poros transmisi : misalnya poros motor
listrik, poros gigi transmisi pada gear box.
3. gabungan antara dukung dant ransmisi :
misalnya poros pada roda mobil.
Perencanaan
poros mengacup ada kekuatan bahan poros. Untuk bahan yang liat (ductile material), Ukuran poros dihiitung
dengan menggunakan teori tegangan geser meksimal, Sedangkan untuk bahan yang
getas (brittle material) dihitung dengan
teori tegangan normal maksimal. Dimana kedua teori tersebut dikembangkan dari teori
tegangan utama yaitu RANKINE.
Tegangan
pada poros pada umumnya berupa tegangan puntir saja, bengkok saja, atau gabungan
puntir dan bengkok. Bahan poros pada umumnya menggunakan machinery steels, dimana tegangan bengkok ijin sebesar 400-800 kg/cm
persegi, tegangan geser ijin sebesar 420 kg/cm persegi untuk yang berpasak dan
560 kg/cm persegi yang tanpa pasak. Yang tergolong machinery steels yaitu high
carbon steel dan tensile
steel. Dipasaran Indonesia yang tergolong
kelompok tersebut adalah jis
s 45 c, SCM-4.
Poros
adalah salah satu elemen terpenting dari setiap mesin. Peran utama poros yaitu meneruskan
tenaga bersama–sama dengan putaran. Pada aplikasi di dunia industri, poros digunakan
untuk mentransmisikan daya. Poros dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Poros transmisi/Shaft
Poros
semacam ini mendapat beban puntir murni atau beban puntir dan lentur. Daya yang
ditransmisikan kepada poros melalui kopling, roda gigi, puli sabuk, atau
sprocket rantai, dan lain–lain.
b. Spindel
Poros
transmisi yang relative pendek, seperti poros utama pada mesin bubut, dimana beban
utamanya berupa puntiran, disebut spindel. Syarat yang harus dipenuhi poros ini
adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti.
c. Line shaft
Poros
ini berhubungan langsung dengan mekanisme yang digerakkan dan berfungsi memindahkan
daya dari motor penggerak kemekanisme tersebut.
Adapun hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
sebuah poros, yaitu:
1) Kekuatan poros
Poros
transmisi mengalami beban punti ratau lentur maka kekuatannya harus direncanakan
sebelumnya agar cukup kuat dan mampu menahan beban.
2) Kekakuan poros
Lenturan
yang dialami poros terlalu besar maka akan menyebabkan ketidakt elitian atau getaran
dan suara. Oleh karena itu kekakuan poros juga perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan mesin.
3) Putaran kritis
Putaran
kerja poros haruslah lebih rendah dari putaran kritisnya demi keamanan karena getarannya
sangat besar akan terjadi apabila putaran poros dinaikkan pada harga putaran kritisnya.
4) Korosi
Poros-poros
yang sering berhenti lama maka perlu dipilih poros yang terbuat dari bahan yang
tahan korosi dan perlu untuk dilakukannya perlindungan terhadap korosi secara berkala.
5) Bahan poros
Poros
yang biasa digunakan pada mesin adalah baja dengan kadar karbon yang
bervariasi. Adapun penggolongannya dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 1.
Penggolongan Bahan Poros
Golongan
|
Kadar C
(%)
|
Baja
lunak
Baja
liat
Baja
agak keras
Baja
keras
Baja
sangat keras
|
-0,15
0,2-0,3
0,3-0,5
0,5-0,8
0,8-1,2
|
Perhitungan yang
digunakan dalam merancang dan guna untuk menganalisa kerja poros transmisi yang
mengalami beban punter murni (torsi) adalah sebagai berikut :
a. Menghitung daya rencana[1]
Pd= fcP (kW)………………………………...………………………………(1)
Keterangan:
Pd = daya rencana (kW).
fc = factor koreksi.
P
= daya nominal (kW).
b. Menghitung momen yang terjadi pada
poros[1]
T = 9,74x105
..........................................
.....................................................(2)
Keterangan:
T = momen rencana (kg.mm).
c.
Mencari tegangan geser yang diizinkan[1]
a = σB/(Sf1xSf2)………………………...………………………...……..….(3)
Keterangan:
a = tegangan geser yang
diizinkan (kg/mm2).
σB = kekuatan tarik (kg/mm2).
Sf1xSf2 = factor keamanan.
d. Mencari
tegangan yang terjadi pada poros[1]
τmax =(5,1/ds3)
…………………… ………………...(4)
Keterangan:
τmax = tegangan geser
maksimal (kg/mm2).
e.
Menentukan
diameter poros[1]
ds ≥
1/3…………………………..……………..(5)
ds =
diameter poros (mm).
Km = factor koreksi momen lentur.
M = momen lentur (kg.mm).
Kt = factor koreksi momen punter.
T = momen punter (kg.mm).
Faktor
koreksi momen lentur mempunyai ketentuan yaitu untuk poros yang berputar dengan
pembebanan momen lentur tetap, besarnya factor K-m = 1,5. Poros dengan tumbukan
ringan K-m terletak antara 1,5 dan 2,0, dan untuk beban dengan tumbukan berat K-m
terletak antara 2 dan 3 (Sularso 1991: 17).
Berikutnya akan dihitung
diameter minimal pada poros. Untuk perhitunganya adalah sebagai berikut :
2.2
Torsi Motor
Torsi
adalah kekuatan yang menghasilkan rotasi. Hal ini menyebabkan objek untuk
memutar Torsi terdiri dari gaya yang bekerja pada jarak. Torsi seperti bekerja
diukur adalah pound-feet (lb-ft). Namun torsi tidak seperti tempat kerja,
mungkin ada meskipun tidak terjadi.
Untuk
menghitung torsi.[2]
T = F x
D ………………………………………………………..…………(6)
T =
torsi (lb-ft)
F =
gaya (lb)
D =
jarak (kaki)
Menghitung
beban penuh Torsi:
Beban penuh torsi adalah torsi untuk menghasilkan daya
dinilai dengan kecepatan penuh motor. Jumlah torsi motor menghasilkan pada daya
pengenal dan kecepatan penuh dapat ditemukan dengan menggunakan grafik konversi
tenaga kuda-ke-torsi. Bila menggunakan tabel konversi, menempatkan tepi lurus
sepanjang dua kuantitas yang diketahui dan membaca kuantitas yang tidak
diketahui pada baris ketiga.
Untuk
menghitung bermotor torsi beban penuh.[2]
T = HP x 5252 / (rpm)
………………………………………………...…….(7)
T = torsi
(lb-ft)
HP =
daya kuda
5252 =
konstan
rpm =
putaran per menit
2.3 Motor Listrik
Motor listrik
adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Alat
yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi energi listrik
disebut generator atau dinamo. Motor listrik dapat ditemukan pada
peralatan rumah tangga seperti kipas angin, mesin cuci, pompa air dan penyedot
debu. Pada motor listrik tenaga listrik diubah menjadi tenaga
mekanik. Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang
disebut sebagai elektro magnit. Sebagaimana kita ketahui bahwa : kutub-kutub
dari magnet yang senama akan tolak-menolak dan kutub-kutub tidak senama,
tarik-menarik. Maka kita dapat memperoleh gerakan jika kita menempatkan sebuah
magnet pada sebuah poros yang dapat berputar, dan magnet yang lain pada suatu
kedudukan yang tetap.
Motor
listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis yang mengubah ariab listrik
menjadi ariab mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk, misalnya, memutar
impeller pompa, fan atau blower, menggerakan kompresor, mengangkat bahan, dll.
Motor listrik digunakan juga di rumah (mixer,
bor listrik, fan ariab) dan di ariable. Motor listrik kadangkala disebut kuda
kerja nya ariable sebab diperkirakan bahwa motor-motor menggunakan sekitar 70%
beban listrik total di ariable.
Mekanisme kerja
untuk seluruh jenis motor secara umum sama, Arus listrik dalam medan magnet
akan memberikan gaya Jika kawat yang membawa arus dibengkokkan menjadi sebuah
lingkaran/loop, maka kedua sisi loop, yaitu pada sudut kanan medan magnet, akan
mendapatkan gaya pada arah yang berlawanan. Pasangan gaya menghasilkan tenaga
putar/ torque untuk memutar kumparan. Motor-motor memiliki beberapa loop pada
dinamonya untuk memberikan tenaga putaran yang lebih seragam dan medan
magnetnya dihasilkan oleh susunan elektromagnetik yang disebut kumparan medan.
Dalam memahami sebuah motor, penting untuk mengerti apa yang dimaksud dengan
beban motor. Beban mengacu kepada keluaran tenaga putar/ torque sesuai dengan
kecepatan yang diperlukan. Beban umumnya dapat dikategorikan kedalam tiga
kelompok (BEE India, 2004): Beban torque konstan adalah beban dimana permintaan
keluaran energinya bervariasi dengan kecepatan operasinya namun torsinya tidak
bervariasi.
Contoh beban dengan torque konstan
adalah conveyors, rotary kilns, dan pompa displacement
konstan. Beban dengan ariable torque adalah beban dengan torque yang bervariasi
dengan kecepatan operasi. Contoh beban dengan ariable torque adalah pompa sentrifugal dan fan (torque bervariasi sebagai kwadrat
kecepatan).
Gambar 3. Motor
Listrik
Motor
listrik yang umum digunakan di dunia Industri adalah motor listrik
asinkron, dengan dua standar global yakni IEC dan NEMA. Motor asinkron IEC
berbasis metrik (milimeter), sedangkan motor listrik NEMA berbasis
imperial (inch), dalam aplikasi ada
satuan daya dalam horsepower (hp) maupun kiloWatt (kW).
Motor listrik IEC dibagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan efisiensi yang
dimilikinya, sebagai standar di EU, pembagian kelas ini menjadi EFF1, EFF2 dan
EFF3. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan
tenaga, sedangkan EFF3 sudah tidak boleh dipergunakan dalam lingkungan EU,
sebab memboroskan bahan bakar di pembangkit listrik dan secara otomatis akan
menimbulkan buangan karbon yang terbanyak, sehingga lebih mencemari lingkungan.
Standar
IEC yang berlaku adalah IEC 34-1, ini adalah sebuah standar yang mengatur
rotating equipment bertenaga listrik. Ada banyak pabrik elektrik motor, tetapi
hanya sebagian saja yang benar-benar mengikuti arahan IEC 34-1 dan juga
mengikuti arahan level efisiensi dari EU. Banyak produsen elektrik motor yang
tidak mengikuti standar IEC dan EU supaya produknya menjadi murah dan lebih
banyak terjual, banyak negara berkembang manjdi pasar untuk produk ini, yang
dalam jangka panjang memboroskan keuangan pemakai, sebab tagihan
listrik yang semakin tinggi
Setiap tahunnya.
Lembaga
yang mengatur dan menjamin level efisiensi ini adalah CEMEP, sebuah konsorsium di Eropa yang didirikan oleh pabrik-pabrik
elektrik motor yang ternama, dengan tujuan untuk menyelamatkan lingkungan dengan
mengurangi pencemaran karbon secara
global, karena banyak daya diboroskan dalam
pemakaian
Beban listrik. Sebagai
contoh, dalam sebuah industri rata-rata konsumsi listrik untuk motor listrik
adalah sekitar 65-70% dari total biaya listrik, jadi memakai elektrik motor
yang efisien akan mengurangi biaya overhead produksi, sehingga menaikkan daya
saing produk, apalagi dengan kenaikan tarif listrik setiap tahun, maka
pemakaian motor listrik EFF1 sudah waktunya menjadi keharusan.
Dalam
Penggunaannya, sebagian motor induksi tiga phasa memerlukan pengereman
seperti yang terdapat pada motor crane. Pengereman dilakukan agar motor
berhenti sesuai dengan letak dan posisi yang kita inginkan. Ada banyak cara
pengereman yang bisa dilakukan untuk memberhentikan motor, akan tetapi dalam
laporan ini kami akan membahas tentang pengereman motor dengan menggunakaan
Coil Brake DC.
Pengereman
motor dengan menggunakaan Coil Brake DC digunakan untuk pemberhentian putaran
rotor motor induksi dengan supply tegangan DC (direct current). Dimana tegangan
AC diubah menjadi DC dengan menggunakan Rectifier sebagai supply Coil Brake.
Pada
prinsipnya motor ini dalam keadaan normal atau tidak bertegangan maka coil
break akan menahan rotor motor untuk tidak berputar sedangkan dalam keadaan bertegangan
coil break akan melepas rotor motor untuk berputar.
Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik (ac) yang
paling Iuas digunakan.
Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan diperoleh
dari sumber tertentu, tetapi merupakan anus yang terinduksi sebagai akibat adanya
perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh
arus stator.
Belitan stator yang dihubungkan dengan satu sumber
tegangan tiga fasa akanmenghasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepatan
sinkron (ns=120f/2p). Medan
putar pada stator tersebut akan memotong konduktor-konduktor pada rotor,sehingga terinduksi arus, dan sesuai dengan hukum
lentz, rotor pun akan turut berputar mengikuti medan putar stator. Perbedaan
putar relatif antara stator dan rotor disebut slip.
Bertambahnya beban akan memperbesar kopel motor, yang
oleh karenanya akan memperbesar pula
arus induksi pada rotor, sehingga slip antara medan putar stator
dan putaran rotor pun akan bertambah besar. Jadi, bila beban motor bertambah, putaran rotor cendrung menurun.
Dikenai dua tipe motor induksi yaitu motor induksi dengan rotor belitan dan
motor Induksi dengan rotor sangkar.
Motor listrik arus bolak-balik diklasifikasikan dengan dasar
prinsip pengoperasian sebagai motor asinkron (induksi) atau motor sinkron.
Motor induksi adalah jenis motor dimana tidak ada tegangan eksternal yang
diberikan pada rotornya, tetapi arus pada stator menginduksikan tegangan pada
celah udara dan pada lilitan rotor untuk menghasilkan arus rotor dan medan
magnet. Medan magnet stator dan rotor kemudian berinteraksi dan menyebabkan
rotor motor berputar.
Gambar 4.
Motor Induksi
Motor listrik memiliki 2 komponen listrik utama yaitu:
a. Rotor,
motor induksi menggunakan 2 jenis rotor:
1. Rotor
sangkar tupai, terdiri dari batang penghantar tebal yang dilekatkan dalam
petak-petak slot paralel. Batang-batang tersebut diberi hubungan pendek
pada kedua ujungnya dengan alat cincin hubungan pendek.
2. Rotor
belitan, yang memiliki gulungan 3 fasa, lapisan ganda dan terdistribusi. Dibuat
melingkar sebanyak kutub stator. Tiga fasa digulungi kawat pada bagian dalamnya
dan ujung lainnya dihubungkan ke cincin kecil yang dipasang pada batang as
dengan sikat yang menempel padanya.
b. Stator.
Stator dibuat dari sejumlah stampings dan slots untuk membawa
gulungan tiga fasa. Gulungan ini dilingkarkan untuk sejumlah kutub yang
tertentu. Gulungan diberi spasi geometri sebesar 120 derajat.
A.
Klasifikasi Motor Induksi
a. Motor
induksi dapat diklsifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu:
Motor
induksi satu fasa. Motor ini hanya memiliki satu gulungan stator, beroperasi
dengan pasokan daya satu fasa, meiliki sebuah motor sangkar tupai, dan
memerlukan sebuah alat untuk menghidupkan motornya. Sejauh ini motor ini
merupakan jenis motor yang paling umum digunakan dalam peralatan rumah tangga,
seperti kipas angin, mesin cuci dan pengering pakaian, dan untuk penggunaan
hingga 3 sampai 4HP.
b. Motor
induksi tiga fasa. Medan magnet yang berputar dihasilkan oleh pasokan tiga fasa
yang seimbang. Motor tersebut memiliki kemampuan daya yang tinggi, dapat berupa
sangkar tupai atau gulungan rotor (walaupun 90% memiliki rotor sangkar tupai),
dan penyalaan sendiri. Diperkirakan bahwa sekitar 70% motor di industri
menggunakan jenis ini. Sebagai contoh pompa, kompresor, belt conveyor,
jaringan listrik, dan grinder. Tersedia dalam ukuran 1/3 atau ratusan
HP.
Motor
induksi tiga fasa membuat medan putar yang dapat menstart motor, motor satu
fasa memerlukan alat pembantu starting. Pada saat motor induksi satu fasa
berputar, motor membangkitkan medan magnet putar. Motor induksi satu fasa lebih
besar ukurannya untuk HP yang sama dibandingkan dengan motor tiga fasa, motor
satu fasa mengalami pembatasan pemakaian dimana daya tiga fasa tidak ada.
Apabila berputar, torsi yang dihasilkan oleh motor satu fasa adalah berpulsa
dan tidak teratur, yang mengakibatkan faktor daya dan efisiensi yang rendah
dibandingkan dengan motor banyak fasa.
B. Prinsip Kerja Motor Induksi
Prinsip kerja dari motor induksi adalah sebagai
berikut:
1.
Apabila sumber tegangan 3 fasa
dipasang pada kumparan stator, maka akan timbul medan putar dengan kecepatan.[3]
...…………………………………………………..…………..….
(8)
Dimana :
ns = kecepatan sinkron
f = frekuensi sumber
p = jumlah kutup
2.
Akibatnya pada kumparan rotor
timbul ggl induksi sebesar.[3]
E2S = 4,44 f2N2ɸm
(untuk satu fasa) …………………………………..…….(9)
Dimana :
E = tegangan induksi ggl
f = frekkuensi
N = banyak lilitan
Q = fluks
3.
Adanya arus (I) di dalam
medan magnet menimbulkan gaya (F) pada rotor.
4.
Bila kopel mula yang dihasilkan
oleh gaya (F) pada rotor cukup besar untuk memikul kopel beban, rotor
akan berputar searah dengan medan putar stator.
5.
Seperti telah dijelaskan pada
(3) tegangan induksi timbul karena terpotongnya batang konduktor (rotor) oleh
medan putar stator. Artinya agar tegangan terinduksi diperlukan adanya
perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator (ns)
dengan kecepatan berputar rotor (nr).
Dimana :
ns = kecepatan medan putar stator
nr = kecepatan putar rotor.
6.
Perbedaan kecepatan antara nr dan
ns disebut
slip (S) dinyatakan dengan.[3]
…..…………………………………………………….…. (10)
Bila nr = ns tegangan tidak akan
terinduksi dan arus tidak akan mengalir pada Refrensi3 : Gramedia
Pustaka Utama Jakarta, 1995 :
7.
kumparan jangkar rotor, dengan
demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel motor akan ditimbulkan apabila nr lebih kecil dari ns.
8. Dilihat dari cara kerjanya, motor
induksi disebut juga motor tak serempak atau asinkron.
C. Rangkaian Ekivalen Motor Induksi
Untuk mempermudah penganalisaan
dengan menggunakan rangkaian-rangakaian ekivalen, lebih dahulu ditinjau keadaan
motor induksi dimana motor induksi sebagai satu transformator. Pentransferan
energi dari stator ke rotor dari satu motor induksi adalah besaran induksi
elektromagnetik, karenanya motor induksi dapat dianggap sebagai transformator
dengan stator merupakan primer dan rotor sebagai rangkaian sekunder seperti
yang terlihat pada gambar 2.2 di bawah ini:
Gambar
5. Rangkaian Motor Induksi
Dalam diagram vektor gambar, V1
adalah tegangan fasa stator; R1 dan X1 adalah
tahanan stator dan reaktansi bocor pada lilitan fasa stator. Tegangan (V1)
menghasilkan fluks magnet, dimana primer (stator) dan dalam sekunder
(rotor) timbul tegangan induksi Er (S.E2). Tegangan terminal
sekunder tidak ada sebab keseluruhan tegangan induksi Er telah habis
terpakai dalam rangkaian tertutup dari rotor, dengan demikian.[3]
V1
= E1 + I1 (R1 + X1) ……………………….………………………….....
(11)
Dimana :
V1 = tegangan fasa stator.
R1
= tahanan stator
X1 = reaktansi bocor pada
lilitan fasa stator
Besarnya Er
tergantung pada faktor transformasi tegangan antara stator dan rotor, dan juga
tergantung pada slip. Seakan-akan seluruhnya tegangan Er diserap dalam
impedansi rotor.[3]
Er = I2 .
Z2 .……………………………………………………………..……….… (12)
Atau Er = I2
. ( R2 + X2 ) ………………………………………………….............. (13)
Dalam diagram
vektor, Io adalah arus primer tanpa beban. Arus ini mempunyai dua komponen
yaitu komponen rugi besi ( Ic ), yang menghasilkan rugi motor, arus
magnetisasi ( Im ) yang menghasilkan fluks magnet. Dengan demikian.[3]
Io2 =
( Ic )2 + ( Im )2
..……………………………………………………….……… (14)
Dimana :
Io = Arus Primer tanpa beban
Ic =
Komponen rugu besi
Im = Arus
magnetisasi
Umumnya
pada transformator, Io adalah kecil. Hal ini disebabkan reaktansi pada
transformator rendah. Seperti halnya pada transformator, harga sekunder dapat
ditransfer ke primer atau sebaliknya. Peralihan impedansi atau resistansi dari
sekunder ke primer harus dikali dengan a2, sedangkan arus dibagi
dengan a. rangkaian ekivalen motor induksi dimana semua harga stator di
transfer ke primer.
Gambar
6. Rangkaian Motor Induksi
Sedangkan rangkaian ekivalen motor
induksi dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut:
Gambar
7. Rangkaian Ekivalen Motor Induksi
D. Kerugian Pada Motor Listrik
a. Kerugian
panas internal motor listrik Pada dasarnya setiap motor listrik yang beroperasi
cenderung mengeluarkan panas. Panas ini timbul oleh karena adanya
kerugian-kerugian daya yang dihasilkan motor listrik. Kerugian ini antara lain:
1. Rugi-rugi
inti, yaitu energi yang diperlukan untuk memagnetisasikan beban inti
(histerisis) dan kerugian-kerugian karena timbulnya arus listrik yang kecil
yang mengalir pada inti (arus eddy).
2. Rugi-rugi
tembaga, yaitu rugi-rugi panas (I²R) pada lilitan stator karena arus listrik
(I) mengalir melalui penghantar kumparan dengan tahanan (R).
3. Kerugian
fluks bocor, yaitu akibat dari fluks bocor yang diinduksikan oleh arus beban
bervariasi sebagai kuadrat arus beban.
4. Kerugian
angin dan gesekan, kerugian ini diakibatkan oleh gesekan angin dan bantalan
terhadap putaran motor.
b. Panas
eksternal motor listrik Dalam melakukan tugas operasinya, motor listrik sebagai
sumber tenaga mekanik untuk penggerak haruslah dilindungi terhadap
gangguan-gangguan eksternal, yang dapat menimbulkan panas pada motor listrik
saat beroperasi. Gangguan-gangguan eksternal itu antara lain:
1. Gangguan
mekanik, meliputi:
a. Bantalan
(bearing) yang sudah aus.
b. Salah
satu tegangan fasa terbuka akibat kontaktor yang rusak.
c. Kumparan
stator yang terhubung singkat.
2. Gangguan
fisik sekeliling, meliputi:
a. Terjadi
kerusakan akibat terbentur sesuatu sehingga terjadi perubahan fisik pada motor
listrik.
b. Suhu
kamar dimana motor listrik tersebut dioperasikan.
c. Pendinginan
(kipas) motor yang tidak baik.
3. Gangguan
dalam operasi dari sistem keseluruhan
a. Akibat
pembebanan lebih.
b. Akibat
pengasutan motor listrik.
c. Kenaikan
suhu pada kumparan. Bila arus listrik (I) mengalir dalam rangkaian dengan
tahanan (R) selama t detik, nilai kalorifik J (Joule) adalah.[3]
J = I2.R.t
…… ….….......……………………………………………………..… (15)
Dimana :
J
= Joule
I
= Arus Listrik
R = Tahanan
t = Detik
Oleh karena itu, bila motor listrik dijalankan,
suhu motor akan naik sebanding dengan waktu kerjanya sehingga jika motor
beroperasi, kenaikan suhunya dapat diketahui dengan mengukur tahanan kumparan
sebelum dan sesudah dioperasikan selama waktu tertentu dengan menggunakan
persamaan.[3]
……..…………………………………………………….. (16)
Dimana:
Rc
= Tahanan kumparan sebelum dioperasikan (Ohm)
Rh
= Tahanan kumparan setelah dioperasikan (Ohm)
α
= Koefisien temperatur tahanan dari tembaga (0,00428 Ohm/°C)
t1
= Temperatur ruang awal (°C)
t2 = Temperatur setelah beroperasi
(°C)
E. Isolasi Motor Listrik
Isolasi motor listrik
diklasifikasikan dengan huruf sesuai dengan kemampuannya masing-masing terhadap
suhu untuk bertahan tanpa penurunan yang serius dari alat isolasinya. Ukuran
suhu kerja isolasi didasarkan pada suhu kamar 40° Celcius. Tabel 2.1 menunjukkan
kenaikan suhu diatas suhu kamar untuk klas-klas isolasi.
Dengan mempertimbangkan bahwa air
mendidih pada 100° Celcius dan suhu di bawahnya dimana motor yang bekerja dapat
mentolerir, meskipun sebagian besar tidak akan terbakar atau meleleh jika batas
ini dilampaui, maka umur pemakaian isolasi akan sangat berkurang. Jenis isolasi
motor yang paling umum digunakan adalah klas B.
Tabel 1. Klasifikasi Isolasi Motor
Jenis Motor
|
Isolasi
|
|
Klas B
|
Klas F
|
Klas
H
|
Motor tanpa SF. Kenaikan suhu pada beban yang dirancang.
|
80°C
|
105°C
|
125°C
|
Motor dengan SF 1,15. Kenaikan suhu pada 115%
beban.
|
90°C
|
115°C
|
135°C
|
2.4 Motor Induksi Tiga Phasa
Motor-motor pada
dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk menjalankan alat-alat tertentu
atau membantu manusia dalam menjalankan pekejaannya sehari-hari, terutama dalam
bidang perindustrian.
Umumnya
motor listrik yang digunakan dalam perindustrian terbagi atas dua jenis, yaitu
Motor DC (Direct Current) dan Motor
AC (Alternating Current). Motor AC
terdiri dari motor sinkron dan motor asinkron (motor induksi).
Karakteristik
dari motor DC, yaitu :
a.
Torsi
tinggi pada kecepatan rendah
b.
Kemampuan
pada beban lebih lebih baik
c.
Lebih
mahal dibandingkan dengan motor AC
d.
Pada
daya yang sama ukuran fisik lebih besar dari pada motor AC
e.
Memerlukan
perawatan dan perbaikan lebih rutin
Karakteristik
dari motor induksi, yaitu :
a.
Kecepatan
konstan
b.
Lebih
murah dibandingkan motor DC
c.
Arah
putaran dapat dibalik dengan menukarkan dua dari tiga line daya utama pada
motor.
d.
Sederhana,
kuat, dan konstruksinya kuat
Pada
Tugas Akhir ini memilih menggunakan motor induksi AC karena motor ini paling
banyak digunakan pada industri, sederhana, kuat, dan murah.
Motor induksi AC
dapat bekerja pada sistcm tegangan suplai satu phasa maupun sistem tegangan
suplai tiga phasa. Daya motor induksi satu phasa kurang dari 3 HP dan biasanya
digunakan pada lokasi dimana tidak terdapat tegangan suplai tiga phasa. Selain
itu pada daya yang sama ukuran fisik dari motor satu phasa lebih besar
dibandingkan dengan motor tiga phasa.
Sedangkan
daya motor induksi tiga phasa dapat lebih dari beberapa ribu HP, ukuran
fisiknya lebih kecil daripada yang satu phasa, dan umumnya yang digunakan
adalah daya kurang dari 50 HP.
Tugas Akhir ini menggunakan
motor induksi tiga phasa karena mempergunakan tegangan suplai tiga phasa dari
PLN.
Berdasarkan rotor dari motor induksi
terdapt dua jenis motor, yaitu motor sangkar bajing (squirrel-cage motor) dan motor rotor-lilitan (woundrotor induction motor). Yang dipergunakan dalam Tugas Akhir
ini adalah motor sangkar bajing karena murah, mudah perawatannya, sederhana,
kuat, dan keandalannya tinggi.
A. Pinsip Kerja Motor Induksi Tiga Fasa
Sebuah motor
induksi tiga fasa memiliki konstruksi yang hampir sama dengan motor listrik
jenis lainnya. Pada dasarnya terdiri atas dua bagian, yaitu stator, adalah
bagian dari motor yang tidak bergerak (tidak berputar) dan rotor, bagian dari
motor yang bergerak. Rotor letaknya terpisahkan dari stator dengan
adanya celah
udara (gap) yang besarnya dari 0,4 mm sampai 4 mm, tergantung pada daya
motor tersebut.
Gambar
8.
Potongan motor induksi
1.
Stator
Stator
adalah bagian dari motor yang tidak bergerak (tidak berputar) dan terdiri dari
beberapa bagian. Penampang dari stator motor induksi sangkar bajing.
Gambar
9. Stator Motor Induksi
Inti
stator lapis-lapis plat baja beralur yang didukung dalam rangka stator yang
terbuat dari besi tuang atau plat baja yang dipabrikasi. Lilitan lilitan
diletakkan dalam alur stator yang terpisah 120". Lilitan phasa ini bisa
tersambung delta (A ) ataupun star (Y).
2.
Rotor
Berdasarkan
jenis rotor nya, motor induksi tiga fasa dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yang juga akan menjadi penamaan untuk motor tersebut, yaitu rotor belitan (wound rotor) dan rotor sangkar tupai (squirrel cage rotor).
Jenis rotor belitan terdiri dari
satu set lengkap belitan tiga fasa yang merupakan bayangan dari belitan pada
statornya. Belitan tiga fasa pada rotor belitan biasanya terhubung Y, dan
masing-masing ujung dari tiga kawat belitan fasa rotor tersebut dihubungkan
pada slip ring yang terdapat pada poros rotor. Belitan-belitan rotor ini
kemudian dihubung singkatkan melalui sikat (brush)
yang menempel pada slip ring , dengan menggunakan sebuah perpanjangan kawat
untuk tahanan luar.
Gambar 10.
Tampilan Close-Up
Bagian Slip Ring Rotor Belitan
Gambar 11.
Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan
Gambar
12.
Skematik Diagram Motor Induksi Rotor
Belitan
Dari gambar dapat dilihat bahwa semata-mata keberadaan
slip ring dan sikat hanyalah sebagai penghubung belitan rotor ke tahanan luar (exsternal resistance). Keberadaan
tahanan luar disini berfungsi pada saat pengasutan yang berguna untuk membatasi
arus mula yang besar. Tahanan luar ini kemudian secara perlahan dikurangi
sampai resistansinya nol sebagaimana kecepatan motor bertambah mencapai
kecepatan nominalnya. Ketika motor telah mencapai kecepatan nominalnya, maka
tiga buah sikat akan terhubung singkat tanpa tahanan luar sehingga rotor
belitan akan bekerja seperti halnya rotor sangkar tupai.
Rotor sangkar mempunyai kumparan yang terdiri atas
beberapa batang konduktor yang disusun sedemikian rupa hingga menyerupai
sangkar tupai. Rotor terdiri dari tumpukan lempengan besi tipis yang dilaminasi
dan batang konduktor yang mengitarinya. Tumpukan besi yang dilaminasi disatukan
untuk membentuk inti rotor. Alumunium (sebagai batang konduktor) dimasukan ke
dalam slot dari inti rotor untuk membentuk serangkaian konduktor yang
mengelilingi inti rotor. Rotor yang terdiri dari sederetan batang-batang
konduktor yang terletak pada alur-alur sekitar permukaan rotor, ujung-ujungnya dihubung
singkat dengan menggunakan cincin hubung singkat (shorting ring) atau disebut
juga dengan end ring.
Gambar 13.
Rotor Sangkar Tupai dan Bagian-bagiannya
Gambar 14. Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Sangkar
Tupai
B.
Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Fasa
Pada
saat terminal tiga fasa stator motor induksi diberi suplai tegangan tiga fasa
seimbang, maka akan mengalir arus pada konduktor di tiap belitan fasa stator
dan akan menghasilkan fluksi bolak-balik . Amplitudo fluksi per fasa yang
dihasilkan berubah secara sinusoidal dan menghasilkan fluks resultan (medan
putar) dengan magnitung yang nilainya konstan yang berputar dengan kecepatan
sinkron.[3]
ns = 120 f/p ………………………………………………………………….……
(17)
dimana,
ns
= kecepatan sinkron/medan putar (rpm)
f = frekuensi sumber daya (Hz)
p = jumlah kutub motor induksi
Medan
putar akan terinduksi melalui celah udara menghasilkan ggl induksi (ggl lawan)
pada belitan fasa stator. Medan putar tersebut juga akan memotong
konduktor-konduktor
belitan rotor yang diam. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan relatif antara
kecepatan fluksi yang berputar dengan konduktor rotor yang diam, yang disebut
juga dengan slip (s).[3]
……………………………………………………………..……………(18)
Akibat adanya slip, maka ggl
(gaya gerak listrik) akan terinduksi pada konduktor-konduktor rotor.
Karena belitan rotor merupakan
rangkaian tertutup, baik melalui cincin ujung (end ring) ataupun tahanan
luar, maka arus akan mengalir pada konduktor-konduktor rotor. Karena
konduktor-konduktor rotor yang mengalirkan arus ditempatkan di dalam daerah
medan magnet yang dihasilkan stator, maka akan terbentuklah gaya mekanik (gaya
lorentz) pada konduktor-konduktor rotor. Hal ini sesuai dengan hukum gaya
lorentz yaitu bila suatu konduktor yang dialiri arus berada dalam suatu kawasan
medan magnet, maka konduktor tersebut akan mendapat gaya elektromagnetik (gaya
lorentz) sebesar.[3]
F
= B.i.l.sin θ ………………………………………………………………………(19)
dimana,
F = gaya yang bekerja pada
konduktor (Newton)
B = kerapatan fluks magnetik
(Wb/m2)
i = besar arus pada konduktor
(A)
l = panjang konduktor (m)
θ = sudut antara konduktor dan
vektor kerapatan fluks magnetik
Gaya F ini adalah hal yang sangat
penting karena merupakan dasar dari bekerjanya suatu motor listrik.
Arah dari gaya elektromagnetik tersebut
dapat dijelaskan oleh kaidah tangan kanan (right-hand rule). Kaidah
tangan kanan menyatakan, jika jari telunjuk menyatakan arah dari vektor arus i
dan jari tengah menyatakan arah dari vektor kerapatan fluks B, maka
ibu jari akan menyatakan arah gaya F yang bekerja pada konduktor
tersebut.
Gambar 15.
Kaidah Tangan Kanan (Right Hand Rule)
Gaya
F yang dihasilkan pada konduktor-konduktor rotor tersebut akan
menghasilkan torsi (τ). Bila torsi mula yang dihasilkan pada rotor lebih besar
daripada torsi beban (τ0 > τb), maka rotor akan berputar searah dengan
putaran medan putar stator.
Seperti yang telah disebutkan di atas,
motor akan tetap berputar bila kecepatan medan putar lebih besar dari pada
kecepatan putaran rotor (ns > nr). Apabila ns = nr,
maka tidak ada perbedaan relatif antara kecepatan medan putar (ns)
dengan putaran rotor (nr), atau dengan kata lain slip (s) adalah
nol. Hal ini menyebabkan tidak adanya ggl terinduksi pada kumparan rotor
sehingga tidak ada arus yang mengalir, dengan demikian tidak akan dihasilkan
gaya yang dapat menghasilkan kopel untuk memutar rotor.
C. Daya Motor
Daya motor merupakan salah satu
parameter dalam menentukan performa motor. Pengertian dari daya itu adalah
besarnya kerja motor selama kurun waktu tertentu. Sebagai satuan daya dipilih
watt.
Untuk menghitung
besarnya daya motor 3 Phase digunakan
rumus.
Rumus penghitung arus beban listrik 3 Phase.[4]
I=P/(Vx akar3 x COS Q)…………………………………………………….……..(20)
I : arus
(ampere)
P : Daya (watt)
BAB III
METODE PERHITUNGAN
3.1
Langkah-Langkah Perencanaan
Analisa dan
Pembahasan qqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqq
|
Alat
Uji Tarik Kapasitas 20 Ton
|
Gambar
16. Diagram alir Penelitian
3.2 Prinsip Kerja Motor Penggerak
Pada motor listrik tenaga listrik diubah menjadi tenaga
mekanik. Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang disebut
sebagai elektro magnet. Sebagaimana kita ketahui bahwa : kutub-kutub dari
magnet yang senama akan tolak-menolak dan kutub-kutub tidak senama,
tarik-menarik. Maka kita dapat memperoleh gerakan jika kita menempatkan sebuah
magnet pada sebuah poros yang dapat berputar, dan magnet yang lain pada suatu
kedudukan yang tetap.
Gambar 17. Motor Penggerak
Induksi 1 Phase
Pada analisa motor
penggerak alat uji tarik kapasitas 20 ton, dilakukan di Laboratorium
Universitas Pamulang memerlukan daya motor sebagai berikut :
MODEL Electro Motor
Daya :
3 HP / 2.2 kW
Phase :
1
Frekuensi : 50
Hz
Pole : 4
Voltase :
AC 220 / 380 V
Ampere :
9,3
Rpm :
1430 rpm
Berat :
30 kg
Gambar 18. Spesifikasi Daya Motor
Gambar 19. Alat
Uji Tarik
BAB IV
HASIL PERHITUNGAN DAN
ANALISA
4.1
Perhitungan Poros
Diketahui sebuah poros
meneruskan daya 2,6 (kW) pada putaran 1430 (rpm) dengan beban 20.000 kg/mm2. Maka:
a.
Daya Rencana (Pd)
Pd = fc . P
= 1 x 2,6
= 2,6 (kW)
b.
Diameter Poros
(ds)
ds=
=
= 31 mm
Diketahui beban
yang ditopang oleh poros (w) = 20.000 kg dan diameter poros (ds) = 31 mm.
c.
Faktor Keamanan
F.K =
=
= 0,895 kg/mm2
d.
Beban Maksimum
Yang Mampu Ditopang Oleh Poros
Mt = 20.000 kg
0,050 m
= 20.000 kg.m
Jadi beban
maksimum yang dapat ditopang oleh poros adalah sebesar = 20.000 kg.m
4.2 Menghitung
daya motor ketika diketahui arus, tegangan, dan faktor
daya.
P = √3 .V. I . cos φ
I =
Daya motor induksi 1 phasa yang
memiliki arus 13,9 A dengan tegangan 220 V dan faktor daya/ cos φ 0,93.
P = √3 .V. I . cos φ
P = 1,0 . 220 . 13,9 . 0,93 = 2,8 kW.
Dimana :
1
watt = 1 volt X 1 ampere.
746
watts = 1 horse power.
berarti
1 watt = 1/746 horse power.
4.3 Menghitung
daya output motor
P output = √3 .V. I . eff .
cos φ
Daya output motor jika diketahui
seperti data diatas dengan efisiensi motor 90 %.
P output = √3 .V. I . eff . cos
φ
= 1,0. 288 . 9,5 . 0,9 . 0,93
= 2,6 kW
4.4 Menghitung
efisiensi daya motor
ᶯ =
Daya input motor 2,6 kW dan daya output 2,2 kW. Hitung efisiensi daya pada motor
tersebut.
ᶯ = (P out / P)x 100%
= (2600/2200)x 100%
= 90 %
4.5 Menghitung
torsi motor jika diketahui daya motor dan kecepatan motor.
Hubungan antara horse power, torsi
dan kecepatan.
HP =
Dimana :
T = Torsi motor (dalam lb ft)
n = Kecepata putar Motor (rpm)
HP = Daya kuda Motor (HP= 746 Watt)
5250 = Konstan
Torsi motor 3,6 HP. Dengan kecepatan 1430 rpm.
T = (5250 . HP)/n = (5250
. 3,6)/ 1430 = 13 Nm
4.6 Analisa
a.
Poros
Bila
momen puntir T (kg.mm) dibebankan pada suatu diameter poros ds (mm) maka tegangan geser
(kg/mm2) yang terjadi, maka ;
ds=
=
= 31 mm
b.
Daya
Pada Mesin Uji
Tarik kapasitas 20 ton ini menggunakan motor penggerak dengan daya 3 Hp dan
putaran motornya 1430 rpm. Untuk mengubah suatu daya dari Hp ke dalam kW maka
dikalikan 0,746 kW, karena 1 Hp
= 0,746 kW, maka :
P = 3 x Hp
= 3 x 0,746
= 2,238 Kw
c.
Torsi
Dari
analisa yang
telah dilakukan diketahui bahwa
torsi akan meningkat hampir linear hingga putaran 1430 rpm, dengan torsi maksimum 13,216 Nm. Peningkatan
putaran menyebabkan turunnya torsi secara linear. Untuk keperluan-keperluan
yang membutuhkan torsi besar, maka motor harus dioperasikan pada putaran di
sekitar 1430 rpm.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan dapat
diperoleh sebagai berikut :
1. Poros
Diameter Poros (ds)
= 31 mm
2. Torsi Motor.
T = 13 Nm
3. Daya Motor
P
= 2,8 kW.
5.2 Saran
Terdapat beberapa saran dalam Analisa
ini diantaranya :
1.
Alat yang digunakan dalam Analis harus dalam kondisi baik.
2.
Motor Penggerak pada Alat Uji Tarik yang ada di Lab Kampus harus di
rawat, supaya nantinya bisa untuk diteruskan kepada Junior kita untuk melakukan
Analisa maupun menguji benda kerja.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Sularso Dan Kiyotsu Suga, 2004, “Dasar Perancangan Dan Pemilihan Elemen
Mesin”, Cetakan Kesebelas, Pt Pradnya Paramita, Jakarta
[2] Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya.
PT. Gramedia Pustaka
Utama Jakarta,
1995.
[3] Hamzah Berahim, Ir. Pengantar Teknik Tenaga
Lisrtrik, Yogyakarta, Andi
Offset, 1991.
[4] G. Nieman, Anton Budiman dan Bambang
Priamboco, “Elemen Mesin Jilid I”,
Erlangga,
Jakarta 1999.
[5] DRS. SUMANTO, M.A, Motor listrik arus
bolak-balik, Andi offset Yogyakarta,
Edisipertama, 1993.